Setiap manusia hampir pasti mengetahui apa itu kebebasan. Kebebasan
menjadi hal yang akrab dengan kita semua. Kebebasan merupakan unsur
yang hakiki dalam setiap kehidupan manusia. Yang menjadi kesulitan
adalah tahap refleksinya, bagaimana kita mengungkapkan kebebasan
tersebut? Dalam ilmu-ilmu pasti kebebasan tidak dapat di tentukan.
Jika mengikuti ilmu empiris, para ilmuwan menyatakan bahwa kebebasan
itu tidaklah ada.
Segala tindakan kita terikat akan norma-norma dan nilai-nilai yang
telah ada sejak dahulu. Bisa disebut bebas, tapi harus terikat norma
dan nilai, karena hidup yang terlalu terikat akan membuat seseorang
itu kaku, misalnya dalam bergaul dengan teman sebaya, kita bisa
bersikap bebas, namun harus memperhatikan nilai dan norma. Dengan
orang yang lebih tua atau yang harus dihormati pun menurut saya ada
kalanya kita bisa bertindak bebas, namun tetap harus mengikuti norma
dan nilai, yaitu misalnya kita telah diizinkan untuk memeriksa rumah
seseorang tersebut, maka disitulah letak kebebasannya.
Manusia sebagai makhluk berakal budi, tentu akan mengerti bahwa
setiap tindakan tindakannya akan menanggung resiko. Kita mampu
menetukan apakah diri kita sendiri, akan jadi apa kita, apa yang kita
inginkan, disinilah letak gambaran martabat sebagai manusia. Hakikat
kebebasan kita tentukan dalam kemampuan kita dalam menentukan diri
kita sendiri, mengabaikan kebebasan orang lain berarti tidak
menghargai martabatnya sebgai sesama manusia.
Kebebasan dalam
hidup manusia merupakan hal yang kompleks. Kebebasan memiliki
bermacam karakteristik. Kebebasan bisa berarti tidak terikat, tidak
dirampas hak-haknya, terlepas dari tekanan batin, terbebas bdari
paksaan Kebebasan juga bisa berarti bertindak sewenang-wenang,
bertindak sesuka hati tanpa ada yang melarang.
Kita tidak bebas bertindak bebas atau tidak. Dalam arti tertentu
kebebasan merupakan nasib kita yang tidak bisa dihindarkan. Mau tidak
mau, kita hidup sebagai manusia bebas. Kebebasan merupakan suatu
komponen kehidupan.
Batas-batas penting
dari kebebasan:
- Faktor-faktor dari dalam
Faktor faktor dari dalam ini adalah baik tiu psikis maupun fisik.
Badan tinggi/pendek, kuat/lemah, laki-laki/perempuan. Selau terdapat
suatu struktur yang membatasi kemungkinan-kemungkinan seseorang.
Terdapat juga suatu alasan psikologis tertentu. Cerdas/kurang cerdas,
periang/pemarah. Intensitas hawa nafsu pun tidak sama pada semua
orang. Pendeknya kebebasan dibatasi oleh gen-gen kita. Bisa dibilang
dibatasi oleh kutub pertama dalam oposisi nature-nurture.
Nature berarti kodrat atau semuanya yang kita miliki secara
alami. Nurture adalah hal yang bisa ditambahkan, seperti
pendidikan, asuhan, lingkungan tempat tinggal ,asupan makanan dan
sebagainya.
- Lingkungan
Lingkungan juga membatasi kebebasan, baik scara alamiah maupun
sosial. Misalnya negara indonesia tidak bebas unutk melukan ski,
karena indonesia memang bukan negara yang memiliki musim dingin. Atau
setiap orang tidak bebas masuk dalam suatu perguruan tinggi, karena
harus ada seleksi terlebih dahulu.
- Kebebasan orang lain
Memang kebebasan setiap orang itu pasti dibatasi oleh kebebasn orang
lain. Tidak bisa dibenarkan kita begitu bebas, sehingga tidak ada
kebebasan untuk orang lain. Inilah pembatasan denga konsekuensi
paling besar bagi etika. Inilah yang menjadi alasan diperlukannya
moral antar manusia. Etika dan moral membatasi segala kehendak kita,
dengan mengakui kebebasan orang lain berarti menghormati hak-haknya.
- Generasi-generasi mendatang
Manusia pun menyadari pembatasan yang lain lagi. Yaitu kebebasan kita
(manusia) dibatasi oleh masa depan umat manusia atau oleh
generasi-generasi setelah kita. Kebebasan kita dalam mengeksplorasi
sumber daya alam misalnya harus dibatasi dalm titik tertentu,
termasuk sumber alam lainnya seperti hutan misalnya. Kita boleh
menggunakan sumber daya alam untuk pembangubnan ekonomi, teetap
iharus demikian rupa sehingga pemanfaatan sumber daya alam ini dapat
dilanjutkan kegenerasi setelah kita.
BEBAS yang BERTANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab ada makna “penyebab” misalnya “jika” dan
“maka”. Seperti yang disebutkan sebelumnya, kita harus
bertanggung jawab terhadap segala kebebasan yang kita lakukan. Jika
kebebasan kita itu merugikan orang lain, kita tetap harus menerima
resiko, kisalnya kita merusak barang milik orang lain,tentu kita
harus bertanggung jawab, entah dengan menggantinya, atau bahkan
dilaporkan ke polisi.
Tanggung jawab terbagi atastanggung jawab retrospektif dan tanggung
jawab prospektif. Tanggung jawab retrospektif yaitu tanggung jawab
atas perbuata yang telah berlangsung dan segala konsekuensinya. Bila
seseorang pengendara tanpa sengaja menabrak pengendara lain dan
pengendara lain itu minta ganti rugi maka disitulah letak tanggung
jawab yang menabrak. Tanggung jawab prospektif adalah tanggung jawab
untuk perbuatan untuk masa yang akan datang, yaitu misalnya seseorang
yang bertindak sebagai penjamin.
Dalam kebebasannya
menusia terikat oleh nilai dan moralitas. Nilai adalah
alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan atau
keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara
pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan". Nilai memuat elemen
pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal
yang benar, baik, atau diinginkan.
1. Nilai Sopan Santun, nilai ini disebut juga sebagai nilai
etiket, yaitu nilai yang mengatur pola
perilaku dan sikap lahiriah
manusia, misalnya sikap duduk, makan dan minum, berpakaian, dan
sebagainya.
2. Nilai Hukum, yaitu nilai yang dituntut keberlakuannya secara
tegas oleh masyarakat karena
dianggap perlu dan niscaya demi
keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. Nilai Moral,
yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
Nilai ini
menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya
tindakan dan perilaku manusia sejauh ia
dilihat sebagai manusia.
Moralitas adalah perbuatan yang menentukan suatu perbuatan ,
baik atau buruk berdasarkan hakikatnya terlepas tidak bergantung dari
pengaruh hokum positif, contohnya berilah kepada orang lain apa yang
menjadi haknya. Hal tersebut pada dasarnya sudah merupakan kewajiban.
Meskipun kemudian diatur dalam hokum positif, tidaklah memberikan
akibat yang signifikan.
Kebebasan setiap manusia itu terikat. Jika manusia bertindak bebas
sebebas-bebasnya maka manusia tersebut menyalahi kodratnya sebagai
makhluk yang berakal budi, bukan seperti hewan. Memang klita bebas
menentukan apa yang akan kita lakukan, tapi kita tetap harus
memperhatikan kebebasan orang lain serta memperhatikan Nilai, yang
terbagi atas nilai sopan santun, nilai hukum dan nilai moral serta
memperhatikan Moralitas.
Author : Lanksparta
0 comments:
Post a Comment